Ini sekelumit tentang kisah-kisah keutamaan nikah:
[1] Adalah
seorang sahabat yang dia telah memutuskan untuk berbakti kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan dia menginap di tempat beliau agar dapat
membantunya kapan dibutuhkan. Suatu ketika Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi
Wasal-lam bertanya kepadanya, “Tidakkah engkau kawin saja”, lalu dia menjawab
“Tidak wahai Rasul, aku adalah seorang yang fakir, dan lagi jika aku kawin aku
tidak bisa melayanimu”. Lalu di waktu yang lain dia ditanya lagi seperti itu,
dan dia menjawabnya dengan jawaban yang pertama, kemudian dia berpikir bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak menyuruh dengan sesuatu kecuali
dia tahu ada kebaikan di balik itu. Maka tatkala dia bertemu Rasulullah
Shallallahu’ Alaihi Wasallam untuk ketiga kalinya, lagi-lagi beliau berkata,
tidakkah engkau kawin saja, maka dengan spontan dia menjawab, “Ya, ya Rasul.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkannya untuk pergi ke
bani fulan untuk dikawinkan dan beliau meminta kepada para sahabatnya untuk
mengumpulkan sedikit harta untuk bekalnya. Jadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam tidak memerintahkan sahabatnya ini untuk nikah kecuali karena beliau
tahu bahwa di dalam nikah terkandung kebaikan, dan bukan penghalang untuk
menikah kefakiran dan kemiskinan, karena yang mengatur rizki orang adalah Allah
Subhanahu Wata’ala.
[2] Diceritakan
adalah seorang abid dari umat yang terdahulu, dia sangat terkenal dengan
bermacam-macam ibadahnya, waktu disampaikan kabarnya kepada seorang Nabi di
zaman itu, dia berkomentar, “Sebaik-baik orang dia andaikata tidak meninggalkan
salah satu sunnah para nabi.” Lalu disampaikan komentar Nabi itu kepadanya,
maka tergeraklah dirinya untuk bertanya pekerjaan sun¬nah apa yang
ditinggalkannya. Lalu Nabi itu ber¬kata kepadanya bahwa dia telah meninggalkan
sun¬nah kawin, lalu dia menjawab, “Sesungguhnya aku tidak mengharamkan kawin,
hanya saja aku adalah orang yang miskin.” Kemudian Nabi itu mengawinkannya
dengan putri beliau.
[3] Dikisahkan
bahwa Imam Ahmad bin Hambal ka¬win lagi pada hari kedua dari kematian istri
pertamanya, tatkala ditanyakan tentang hal itu maka beliau menjawab, “Aku tidak
ingin dikatakan seorang duda tanpa istri karena berarti telah meninggalkan
sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” 4. Diceritakan, berkata
seseorang kepada Sayyidina Ibrahim bin Adham, “Alangkah beruntungnya kamu telah
mengisi semua waktumu untuk ibadah.” Maka beliau menjawab, “Sekali kesusahan
yang ditimbulkan keluarga kamu lebih baik dari apa yang aku alami sekarang.”
Post A Comment:
0 comments: