Aku tuliskan catatan ini wahai saudariku, bukan karena aku
lebih baik darimu.
Atau bukan karena aku paling baik diantara kalian..
Sungguh, semata-mata ku lakukan karena aku peduli padamu.
Karena kau saudariku dan aku mencintai kebaikan bagimu sama seperti aku
mencintai kebaikan untuk diriku sendiri.
Dan barangkali kau pernah mendengar,
bahwa agama ini adalah nasihat. Maka aku menasihati diriku sendiri yang utama
kemudian kau, saudariku di jalan Allah.
Bagiku hijab adalah suatu kebaikan yang teramat berharga. Ia
merupakan kebanggaanku,kehormatanku, kemuliaanku, juga ciri khas serta
identitasku sebagai seorang Muslimah.
Maka dengan mengharap keridhaan dari
Rabb-ku Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, aku menghendaki agar kebaikan yang
kurasakan bersama hijab ini dapat pula kau rasakan.
Aku sampaikan begini sebab aku tidak ingin kemudian kau
berkata di belakangku, “Mengapa orang ini mencampuri urusanku?! Ini hidupku dan
aku yang menjalaninya. Berjilbab atau tidak biarlah urusanku dengan Tuhanku
saja!”
Tidak, aku tidak menginginkan kalimat tersebut terucap dari
lisanmu. Aku katakan kembali bahwa aku tidak memiliki keinginan untuk
mencampuri urusanmu. Aku hanya menginginkan bagimu kebaikan sebagaimana aku
menginginkan kebaikan untuk diriku.
Semoga Allah memberiku hidayah demikian pula bagimu..
Dibawah ini kutulis beberapa alasan para wanita Muslimah,
mengapa mereka enggan menutupi auratnya, padahal telah datang pada mereka kabar
dari Tuhan-nya bahwa mengenakan jilbab adalah wajib.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]
Perhatikanlah saudariku, barangkali satu diantaranya adalah
pernyataan yang menjadi alasanmu juga.
#Pertama,
“.. ah, yang terpenting bagiku adalah hati, bukan
penampilan! Apakah berjilbab ataukah tidak”
Betulkah begitu saudariku? Betulkah bahwa penampilan atau
hal yang tampak merupakan sesuatu yang kurang begitu penting bagimu?
Baiklah, bantulah dirimu untuk mengingat apa yang telah kau
lakukan sejak pagi tadi. Bukankah pagi tadi kau membersihkan tubuhmu, memakai
pakaian bagus, lalu memoles wajahmu dengan blush ondan lipstick berwarna peach,
Kemudian memberikan sedikit hair mask pada rambutmu, dan tak lupa menyemprotkan
parfum lalu keluar menuju kampus atau tempat kerjamu.
Kau akan pergi setelah
menilai penampilanmu oke. Bukankah hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya
penampilan teramat penting bagimu?
Well, aku anggap kau telah sependapat denganku, bahwa baiknya
hati sangat penting. Namun penampilan zahir (tampak) pun sangatlah penting.
Selanjutnya aku kutipkan padamu sebuah hadits yang mulia
dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,
“ Ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad itu ada
segumpal daging apabila baik gumpalan tersebut maka baiklah jasad tersebut dan
sebalikya apabila rusak maka rusaklah jasad tersebut ingatlah bahwa itu adalah
hati”
Perhatikanlah wahai saudariku..
Bahwa ternyata baiknya hati dan baiknya jasad (penampilan)
berbanding lurus, tidak mungkin kau mengambil salah satu dan mengenyampingkan
yang lainnya. Jadi jika hatimu baik, maka akan baik pula jasad atau
penampilanmu.
Dan menutup auratmu dengan mengharap ridha Allah merupakan
sebuah amalan zahir (tampak) yang sangat agung dan merupakan salah satu upaya
untuk memperbagus penampilanmu.
Tentunya merupakan sebuah kewajiban dari
Rabb-mu Yang Maha Kuasa tanpa bisa kau negosiasikan kembali.
Kesimpulannya, tidak mungkin kau melakukan amalan batin
sedang tidak diiringi dengan amalan zahir. Dan sesungguhnya seorang yang jujur
dalam keimanannya untuk memperbaiki hatinya, pastilah tidak akan melewatkan
untuk melakukan ketaatan kepada Allah yakni berhijab dan memperbaiki jasadnya
(amalan zahir).
#Kedua
“Aku lihat banyak sekali orang yang berjilbab namun
akhlak mereka buruk. Dan ditempat lain banyak kawan-kawanku yang tidak memakai
jilbab namun mereka baik..”
Jadi itulah yang membuatmu enggan berjilbab wahai saudariku?
Dan kau memilih menjadi seperti kawan-kawanmu yang tidak mengenakan jilbab
namun mereka telah baik menurutmu?
Aku katakan padamu bahwa aku mengenal seseorang yang baik
padaku namun dia adalah seorang pecandu alkohol. Apakah itu menunjukkan bahwa
aku mesti menjadi seorang alcoholic?
Lalu akupun memiliki teman-teman dari kalangan Nasrani,
Hindu dan Budha, beberapa dari mereka gemar memberi, suka menolong, dan sikap
mereka sangat baik kepada manusia meski tidak seagama dengan mereka.
Apakah hal
tersebut kemudian membuatku mengatakan “Aku memilih menjadi seperti mereka. Menjadi
seorang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha sebab mereka sangat baik”
#Ketiga
“Jujur, aku khawatir kelak susah mendapatkan jodoh dengan
jilbab yang ku kenakan”
O dear.. cobalah bertanya begini pada dirimu sendiri,
“Laki-laki seperti apa yang ku inginkan untuk dinikahi”
“Ayah yang bagaimana yang aku inginkan untuk anak-anakku
kelak?”
Pikirkanlah untuk menjawab pertanyaan tersebut..
Saudariku, apakah kau ingin menikah dengan laki-laki yang
hanya ingin mencari pasangan dengan gaya rambut menarik dan betis yang mulus?
Dimana laki-laki tersebut tidak akan berpikir sedikitpun
untuk menikahi wanita yang membungkus tubuhnya dengan jilbab sebab yang menarik
hatinya adalah para wanita yang gemar berganti gaya rambut dan mempertontonkan
setengah dadanya.
Benarkah laki-laki seperti demikian yang kau inginkan untuk
menikah denganmu?
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam tanzil-Nya,
“…wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” [An-Nuur: 26]
Subhanallah..
Kau punya waktu untuk merenungkannya kembali dengan pikiranmu
yang jernih saudariku..
Tidakkah kau inginkan seorang laki-laki shalih?
Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau menginginkan
suamimu kelak yang dapat menjadi seorang Imam bagimu dan anak-anakmu?
Seorang laki-laki yang dapat membimbingmu dan mengarahkanmu
kepada kebaikan..
Seorang laki-laki yang menjaga kehormatanmu dan kehormatan
keluargamu..
Seorang laki-laki yang memuliakanmu..
Seorang laki-laki yang memiliki tekad kuat untuk mengamalkan
ayat Allah yang mengatakan:
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” [Lihat
At-tahrim ayat 6]
Bukankah kau menginginkan seorang laki-laki yang menjadi
teladan baik bagi anak-anakmu kelak?
Bukankah kau pernah bercita-cita memiliki keluarga yang
sakinah, mawaddah warrahmah?
Jawablah pertanyaanku..
Bagaimana bisa kau mendapatkan apa yang kau ingini dan kau
cita-citakan dari seorang laki-laki yang hanya menginginkan keindahan tubuh
wanita untuk dipamerkan, yang bahkan tidak memiliki cukup iman untuk menyukai
jilbab bagi istrinya??
#Keempat
“Aku pun khawatir akan sulit mendapatkan pekerjaan
dan sulit untuk berkarir.”
Saudariku, tidak pernahkah kau memperhatikan seekor burung?
Dia terbang pada pagi harinya meninggalkan sangkarnya,
kemudian tidak lama kembali pada keluarganya dan membawakan mereka makanan.
Lalu siapakah Dzat yang memberi burung-burung tersebut rizki
dari langit?
Aku yakin kau akan menjawab “Allah-lah Meha Pemberi Rizki”
Apakah kau berpikir bahwa Allah memberi rizki pada
burung-burung tersebut dan tidak memberi rizki kepadamu?
Apakah kau berpikir bahwa Allah Ta’ala zalim?
Apakah kau akan berpikir bahwa Allah memerintahkan sesuatu
untukmu kemudian Dia menyulitkanmu?
Bahwa Dia memerintahkanmu untuk berjilbab lalu membiarkanmu
hidup di dunia tanpa memperoleh rizki?
Apa yang kau khawatirkan wahai saudariku?
Perhatikanlah kalam Allah berikut,
“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali
Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” [Huud
: 6]
Saudariku, aku berdoa kepada Allah agar melembutkan
hati-hati kita..
Barangkali saat ini angan-anganmu terhadap dunia begitu
tinggi..
Kau bercita-cita begini.. berambisi itu.. ingin
menjadi begini dan begitu..
Kau ingin agar sukses di dunia kemudian melakukan sebab dan
upaya agar tercapai keinginanmu tersebut. Namun sudahkah kau berpikir dan
bercita-cita untuk kehidupanmu di akhirat nanti?
Maka akan kau jawab, “Tentu saja sista! Siapa-lah yang tidak
ingin mencapai kesuksesan di akhirat?!”
Lalu sejauh mana upayamu dalam menggapai kesuksesan dan
kebahagiaan tersebut wahai saudariku?
Kau diam.
Bahkan kau ingin mendapatkan surga dalam keadaan enggan
untuk taat kepada Rabb-mu? Enggan untuk berjilbab?
Kau berpikir untuk mengejar dunia, padahal sesungguhnya
dunia akan berpaling darimu, membelakangimu serta mengkhianatimu. Sebab dunia
pastilah akan musnah.
Sedang akhirat, itulah negeri yang kekal dan abadi. Maka
bagaimana kau mengejar sesuatu yang akan musnah dan membelakangi sesuatu yang
kekal?
Alangkah indah nasihat dari Hasan Al-Bashri yang mengatakan.
“Permisalan antara dunia dan akhirat adalah seperti timur
dan barat. Semakin engkau dekat pada satu sisi, semakin jauh engkau pada sisi
yang lainnya.”
Saudariku yang semoga Allah memberkahimu..
Sungguh, bukanlah aku menasihatimu untuk melupakan dan
membelakangi dunia. Sebaliknya aku menasihati diriku sendiri kemudian kau agar
bersemangat dalam memperoleh apa-apa yang bermanfaat bagi kita, baik di dunia
maupun di akhirat.
“Bersemangatlah memperoleh sesuatu yang bermanfaat begimu
dan mintalah pertolongan kepada Allah. Serta jangan merasa lemah.” (HR.
Muslim)
Dan agar bersemangat dalam menatap masa depan.
Disebabkan masa depan dunia memiliki ujung dan tidak kekal,
maka akan sangat adil bagi kita untuk memilih memprioritaskan masa depan yang
lebih cemerlang, menjanjikan, serta abadi. Tiada lainakhirat.
Allah Al-Ghaniy, Yang Maha Kaya berfirman dalam kalam-Nya
yang mulia,
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. Dan barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq:
2-4]
Tersenyumlah saudariku sebab Allah Ta’ala telah berjanji
padamu dalam keadaan kau mengetahui bahwa janji Allah adalah benar.
Tersenyum lalu hiburlah lagi dirimu dengan hadits yang mulia
berikut,
“Barang siapa yang Akhirat menjadi harapannya, Allah akan
menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan
datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi
harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran berada dii depan matanya
serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali
sekedar apa yang telah ditetapkan baginya.” [HR. Tirmidzi]
Saudariku, aku berharap kau tidak lagi khawatir akan rizki
dan duniamu. Dan semoga hal ini tidak lagi menjadi alasanmu mengapa enggan
berjilbab. Allah saja-lah Yang Memberi taufiq.
#Kelima
“Pelan-pelan, aku ingin menjilbabi hatiku terlebih
dahulu..”
Aku tersenyum. Sebab pernyataan inilah yang paling sering
kau jadikan pelurumu dalam menyangkal nasihat-nasihat kawanmu tentang jilbab.
Seringkali ku dengar para wanita mengucapkan ini dengan senyum mengembang dan
rasa puas.
Aku bertanya padamu saudariku, apa yang kau maksudkan dengan
“menjilbab-i”?
Apakah maksud dari menjilbabi olehmu adalah mensucikan,
membersihkan, memperbaiki bagitu?
Baiklah aku ambil kesimpulan bahwa saat ini kau tengah
berupaya memperbaiki, membersihkan dan mensucikan hatimu.
Lalu bagaimana upayamu sejauh ini?
Apa yang tengah kau lakukan untuk memperbaiki dan mensucikan
hatimu tersebut?
Saudariku, semoga Allah memperbaiki urusanmu..
Aku beri tahu sesuatu yang sangat penting untuk kau ketahui.
Bahwa mensucikan hati dan menjadikannya bersih dari segala kotoran dan penyakit
tidaklah dapat ditempuh kecuali dengan beberapa sebab seperti meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah, melakukan ketaatan dan
memperbanyak bertaubat kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaknya
mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatannya, yang demikian
itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.” [An-Nur: 30]
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat ini bahwa
sucinya hati itu terjadi setelah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan,
yaitu menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.
Dan wahai saudariku, dengan apa kau dapat menundukkan
pandangan serta menjaga kehormatanmu jika bukan dengan berhijab?
Maka kau telah keliru dalam berpandangan dan mengambil
sikap. Kau mengira dengan menunda berjilbab dan melakukan apa yang kau sebut
dengan upaya menjilbabi hati adalah sebuah cara yang sudah benar, ternyata
sebaliknya.
Cobalah kau berpikir lagi, bagaimana mungkin kau dapat
mensucikan hatimu, sedang tidak kau tempuh sebuah upaya yang berarti.
Yang
bahkan kau menunda-nunda kebaikan dan enggan untuk memenuhi perintah Rabb-mu.
Lalu dengan tersenyum kau berkata“Aku ingin menjilbabi hati dulu..”. Tidakkah
hal tersebut sia-sia belaka?
Saudariku, tempuhlah sebab-sebabnya serta berlapang dadalah.
Sungguh, mengenakan jilbab dan menjaga kehormatanmu itulah cara tepat untuk
menjilbabi hati.
#Keenam
“Yang penting aku shalat 5 waktu, berpuasa pada Ramadhan
dan mengeluarkan zakat!”
Ya, kau benar saudariku. Shalat, berpuasa dan mengeluarkan
zakat adalah amalan-amalan yang agung dan termasuk kedalam kewajiban utama
sebagai Muslim.
Sebab islam dibangun dengan 5 rukun yang 3 diantaranya apa yang
telah kau sebutkan tadi bukan? Kau pasti menghapal rukun tersebut.
Namun tentu kau mengetahui betul bahwa syariat Islam yang
telah Allah turunkan dengan Hikmah danKeadilan-Nya ini bukanlah sebatas perkara
shalat atau puasa saja.
Kau tahu bahwa perintah mengenakan jilbab adalah nyata
tertulis didalam Kitabullah Al Karim. Bahwa tidak ada pertentangan dari zaman
dahulu hingga sekarang antara para ulama tentang wajibnya menutupi aurat.
Jika kau mendengar ada tokoh-tokoh yang menyerukan bahwa
berjilbab tidaklah wajib, maka yakinlah bahwa mereka sejatinya tidak
menginginkan syariat Allah melainkan mempertuankanhawa nafsu-nya . Berdoalah
kepada Allah agar dijauhkan dari kesesatan mereka.
Dan aku katakan padamu bahwa tidaklah Allah turunkan
perintah dan larangan bagi hamba-hamba-Nya kecuali Dia menghendaki kemudahan,
kebaikan dan keselamatan.
Dalam Kitab-Nya yang mulia, Ar Rahman berfirman yang
artinya,
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya..” [An-Nur: 31]
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]
Maka khawatirlah wahai saudariku, jika jiwamu condong kepada
menerima syariat Allah yang satu lalu menolak syariat yang lainnya. Khawatirlah
dengan ucapanmu yang enggan berjilbab dengan mengatakan, “Yang
terpenting aku shalat, puasa, dan berzakat..”
Khawatirlah sebab Allah telah mencela Bani Israil, dengan
sebab mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain.
“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat)
dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang
yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” [Al-Baqarah: 85]
#Ketujuh
“Jilbab membatasi kebebasan saya!”
Bagimu jilbab membatasi kebebasanmu, namun bagiku
sebaliknya. Eye Shadow, lipstick, short dress, dan high heels lah yang sama
sekali telah membatasi kebebasanku.
Lalu aku bertanya, apa definisi kebebasan menurutmu?
Barangkali kau hendak mengatakan bahwa kebebasan
adalah “Ketika aku bebas melakukan apapun yang aku ingin lakukan”.
Demi Allah, bukan itu yang Rabb-mu kehendaki wahai
saudariku..
Kebebasan adalah dalam melakukan hal yang benar, bukan
melakukan apapun yang ingin kau lakukan!
Saudariku kau seorang Muslimah. Dan kau beriman kepada kitab
Allah. Maka hal yang semestinya kau lakukan adalah berbangga dengan identitas
seorang muslimah yakni hijab.
Manakala orang-orang selainmu yakni kaum kafir
berbangga dengan hot pant dan bikini maka kau berbangga jilbabmu. Tidakkah kau
berpikir bahwa ini istimewa?
Hal isitimewa yang dikehendaki oleh Pencipta-mu untukmu,
yang tidak dikehendaki oleh wanita-wanita kafir.
Bahwa Dia menghendaki kemuliaan bagimu. Semakin kau menutup
rapat auratmu, maka semakin tinggi harga dirimu sebagai wanita. Semakin tinggi
kehormatanmu. Dan ini adil sekali.
Aku sampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wasallam, bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari
ucapan nabi-nabi yang terdahulu adalah ‘Apabila engkau tidak malu, maka lakukan
apa pun yang engkau mau’.”
Lagi-lagi “malu” menjadi tolok ukur seseorang dalam banyak
perbuatannya. Bahwa orang yang menginginkan untuk berbuat sesuka hati
menandakan kurang sekali rasa malunya.
Benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat, Abdullah bin
‘Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Malu dan iman itu senantiasa ada bersama-sama. Bila
hilang salah satu dari keduanya, hilang pula yang lainnya.”
Dan benar sekali bahwa kau bebas untuk melakukan apa yang
kau mau. Kau bebas berbuat, berpikir, berucap. Kau bebas memilih beragama
ataukah tidak.
Kau bebas memutuskan ingin menjilbabi tubuhmu atau tidak. Kau
bebas melangkahkan kakimu kemana saja kau inginkan.
“If you feel no shame, then do as you wish”
Dan jangan putus mengingat bahwa Tuhanmu pun bebas membuat
perhitungan denganmu.
#Kedelapan
“Ya, aku tahu bahwa jilbab itu wajib bagi setiap wanita
Muslim, namun aku betul-betul belum siap. Aku khawatir jika jika dipaksakan,
nantinya akan on-off dalam memakainya”
Aku nasihatkan pertama-tama untukku kemudian engkau wahai
saudariku agar memperbanyak memohon ampun dan memohon hidayah kepada Rabb At
Tawwab dan Al Haadii, Rabb Yang Maha Penerima Taubat serta Maha Pemberi
Petunjuk.
Berharaplah semoga dengan begitu Allah melembutkan hati-hati kita dan
memudahkan kita dalam melakukan ketaatan.
Sungguh jika kau ketahui wahai saudariku, perintah yang
Allah tujukan bagimu dan kau enggan melaksanakannya maka siapakah yang kelak
merugi? Apakah Dia, Allah Yang Maha Suci akan merugi??
Saudariku, bahkan jika seluruh makhluk dari generasi pertama
hingga generasi terakhir kalangan jin dan manusia mendurhakai Allah hingga
taraf kedurhakaan paling tinggi, maka tidaklah hal tersebut mengurangi
kemuliaan Allah sedikitpun. Allah tidak pernah rugi sama sekali.
Maka semestinya kau mengetahui bahwa yang rugi adalah dirimu
sendiri. Allah tidaklah memaksamu memilih jalan hidupmu. Bahkan kau bebas
berbuat sekehendak hatimu.
Dia hanya menolongmu agar kelak kau selamat. Sebab
Dialah yang menghisabmu nanti.
Dan wahai saudariku yang semoga Allah memuliakanmu..
Aku percaya kau memiliki kepercayaan diri untuk berdiri dan
mengatakan:
“Aku yakin bisa memulai untuk menempatkan perintah Allah di
atas keinginan atau kekhawatiranku sendiri. Dengan pertolongan-Nya aku percaya
dapat melakukannya ‘Kami dengar dan kami taat’.”
Ketahuilah, apabila niatmu benar dan ada kesungguhan atasnya
maka dengan pertolongan Allah, Dia-lah yang akan memberimu kesiapan dan
kemantapan, tanpa perlu kau katakan, “..nanti saja jika sudah mantap..”
Dia pulalah yang akan memberimu keistiqamahan. Tanpa perlu
ragu dan mengatakan, “..nanti saja, khawatir jilbab-nya on-off”
#Kesembilan
“Suatu hari nanti aku pasti berjilbab, tidak sekarang..!”
Semoga Allah memberi hidayah dan taufiq kepada kita..
Andaikan sahabat karibmu saat ini meneleponmu kemudian
berkata “Nonton yuk!”, maka kemungkinan besar kau akan menjawab dengan
bersemangat “yuk…kapan?? “
Lihatlah begitu semangatnya kau bersegera untuk melakukan
sesuatu demi kesenangan duniamu. Sedangkan untuk kesenangan di akhiratmu kau mengatakan
“..tidak sekarang!”
Saudariku, beritahu aku apa yang kau maksudkan dengan suatu
hari nanti PASTI?
Jangan katakan bahwa kau dapat meramal masa depanmu dimana
kau mengataka,
“Hari itu.. aku pasti memakai jilbab!”
Semoga Allah memberimu kecerdasan. Kau tahu bahwa seorang
yang cerdas adalah yang paling banyak mengingat pemutus kelezatan (maut).
Cobalah berpikir untuk meluangkan sedikit waktumu demi mengingat kematian.
Sebab yang pasti terjadi adalah hari dimana kau mati.
Kau tidak pernah tahu kapan dan di bumi mana kau akan
diwafatkan. Maka berpikirlah kembali sebelum mengatakan, “.. tidak sekarang,
biarlah suatu saat nanti.”
Bahkan saudariku, kau tidak pernah tahu apakah esok hari kau
masih diberi kesempatan oleh Rabb-mu menuju tempat kerjamu dengan gaya rambut
terbaru.
#Kesepuluh
“Hidayah belumlah sampai kepadaku..”
Saudariku, apabila kau menginginkan sebuah sepatu baru,
anggaplah kau pernah melihatnya di sebuah swalayan di kotamu.
Kemudian kau
duduk di rumahmu tanpa mengupayakan sesuatu berupa uang yang cukup dan usahamu
untuk membeli sepatu tersebut lantas kau mengatakan,
“Aku berharap sepatu dambaanku tersebut tiba dirumahku
secepatnya.”
Apakah kau berpikir sepatu tersebut akan benar-benar datang
padamu?
Sungguh hidayah terlalu mahal untuk kau tunggui tanpa
mengupayakan sesuatu yang berarti saudariku..
Sesuai dengan usaha yang engkau berikan,
maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau angan-angankan.
Bahwa “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus.”[Al-Baqarah: 213]
Namun hidayah perlu untuk dipinta. Bahkan wajib bagi setiap
hamba Allah untuk meminta hidayah kepada-Nya.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi yang
artinya,
“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang
yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan
memberikannya kepada kalian.”
Maka lakukanlah sesuatu yang berarti wahai saudariku!
Bersemangatlah untuk memperbanyak meminta hidayah dan taufiiq
kepada Allah Azza wajalla, serta tempuhlah sebab agar semakin dekat
dengan-Nya.
Sungguh melakukan ketaatan dan amalan shalih serta berupaya
menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah merupakan suatu upaya yang sangat
berarti untuk memperoleh hidayah yang kau dambakan tersebut.
Sebagai penutup, izinkanlah aku mengutip sebuah nasihat
indah dari seorang mantan petinju dunia, Muhammad Ali kepada putrinya Hana.
Barangkali saja semakin menambah motivasimu untuk tidak menunda berhijab. \
Semoga Allah menjagamu..
“Hana, segala sesuatu ciptaan Allah yang berharga di muka
bumi ini senantiasa tertutup dan sulit untuk didapatkan.
"Di manakah engkau menemukan berlian? "
"Jauh di dalam tanah, tertutup dan terlindungi. "
"Di manakah engkau menemukan mutiara?"
"Jauh di dasar samudera, tertutup dan terlindungi dalam
sebuah cangkang yang keras. "
"Di manakah engkau menemukan emas? "
Jauh di dalam tanah yang ditambah, tertutup oleh banyak
lapisan batuan… Engkau harus bekerja keras untuk mendapatkannya.”
Ia memandang dengan tatapan mata yang serius.
“Demikian pula tubuhmu. Jauh lebih berharga dari pada
berlian dan mutiara, maka engkau juga harus mengenakan hijab agar tertutup.”
Hanya kepada Allah aku meminta agar menjadikan kita semua
sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan, dan tidak ada daya
serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
Wallahu Ta’ala A’lam
Allah Saja-lah yang memberi taufiiq
Masih belum yakin pake jilbab? Mungkin ini alasan anda yang
lain, simak ulasan berikut
Berikut beberapa alasan anak muda yang enggan berjilbab dan
sanggahan halusnya. Semoga yang belum berjilbab mendapat hidayah.
1. Saya nggak mau jilbaban! Jilbaban itu kuno ||
“Lha, itu zaman flinstones, lebih kuno lagi, nggak pake jilbab”
2. Tapi kan itu hal kecil, kenapa jilbaban harus
dipermasalahin?! || “Yang besar2 itu semua awalnya dari perkara kecil
yang diremehkan”
3. Yang penting kan hatinya baik, bukan lihat dari
jilbabnya, fisiknya! || “trus ngapain salonan tiap minggu? make-upan? itu
kan fisik? Dan Islam meyakini bahwa iman itu bukan hanya perkara hati, namun
juga ditunjukkan dalam fisik atau amalan lahiriyah. Hati pun cerminan dari
lahiriyah. Jika lahiriyah rusak, maka demikianlah hatinya”
4. Jilbaban belum tentu baik || “Betul, yang
jilbaban aja belum tentu baik, apalagi yang … (isi sendiri)”
5. Saya kemarin lihat ada yang jilbaban nyuri!
|| “So what? yang nggak jilbaban juga banyak yang nyuri, gak korelasi
kali”
6. Artinya lebih baik jilbabin hati dulu, buat hati
baik! || “Yup, ciri hati yang baik adalah jilbabin kepala dan tutup
aurat”
7. Kalo jilbaban masih maksiat gimana? dosa kan?
|| “Kalo nggak jilbaban dan maksiat dosanya malah dua. Malah nggak
jilbaban itu dosa besar. ″
8. Jilbaban itu buat aku nggak bebas! | “Oh, berarti
lipstick, sanggul, dan ke salon itu membebaskan ya?”
9. Aku nggak mau dibilang fanatik dan ekstrimis!
|| “Nah, sekarang kau sudah fanatik pada sekuler dan ekstrim tidak mau
taat”
10. Kalo aku pake jilbab, nggak ada yang mau sama
aku!? || “Banyak yang jilbaban dan mereka nikah kok”
11. Kalo calon suamiku gak suka gimana? ||
“Berarti dia tak layak, bila didepanmu dia tak taat Allah, siapa menjamin dibelakangmu
dia jujur? Dan ingatlah al khobitsaatu lil khobitsiin, perempuan rusak
ditakdirkan dengan lelaki yang sama. Demikian sebaliknya.”
12. Susah cari kerja kalo pake jilbab! || “Lalu
enggan taat pada perintah Allah demi kerja? emang yang kasih rizki siapa sih?
Bos atau Allah? Dan asalnya wanita itu berdiam di rumah: wa qorna fii
buyutikunna (menetaplah kalian di rumah-rumah kalian)”
13. Ngapa sih agama cuma diliat dari jilbab dan
jilbab? || “Sama aja kayak sekulerisme melihat wanita hanya dari
paras dan lekuk tubuh”
14. Aku nggak mau diperbudak pakaian arab! ||
“Ini simbol ketaatan pada Allah, justru orang arab dulu (di zaman jahiliyah)
gak pake jilbab. Syari’at jilbab ini untuk seluruh wanita, bukan hanya Arab
sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".”
15. Jilbab cuma akal2an lelaki menindas wanita
|| “Perasaan yang adain miss universe laki2 deh, yang larang jilbab di
prancis jg laki2″
16. Aku nggak mau dikendalikan orang tentang apa yang harus
aku pake! || “Sayangnya sudah begitu, tv, majalah, sinetron,
kendalikan fashionmu”
17. Jilbab kan bikin panas, pusing, ketombean ||
“Jutaan orang pake jilbab, nggak ada keluhan begitu, mitos aja”
18. Apa nanti kata orang kalo aku pake jilbab?!
|| “Katanya tadi jadi diri sendiri, nggak peduli kata orang laen…”
19. Jilbab kan nggak gaul?! | “Lha mbak ini mau gaul atau
mau menaati Allah?”
20. Aku belum pengalaman pake jilbab! || “Pake
jilbab itu kayak nikah, pengalaman tidak diperlukan, keyakinan akan nyusul”
21. Aku belum siap pake jilbab || “Kematian juga
nggak akan tanya kamu siap atau belum dear”
22. Mamaku bilang jangan terlalu fanatik! ||
“Bilang ke mama dengan lembut dan santun, bahwa cintamu padanya dengan menaati
Allah penciptanya”
23. Aku kan gak bebas ke mana-mana, gak bisa nongkrong,
clubbing, gosip, kan malu sama baju! || “Bukankah itu perubahan
baik?”
24. Itu kan nggak wajib dalam Islam!? || “Kalo
nggak wajib, ngapain Rasul perintahin semua wanita Muslim nutup aurat?”
25. Kasi aku waktu supaya aku yakin jilbaban dulu || “Yakin
itu akan diberikan Allah kalo kita sudah mau mendekat, yakin deh”.
~Nah wahai saudariku muslimah, tunggu apalagi?
Mengenai kewajiban berjilbab sudah ditetapkan dalam Al
Qur’an yang tiap hari kit abaca, di mana Allah Ta’alaberfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ
يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59). Ayat ini menunjukkan
wajibnya jilbab bagi seluruh wanita muslimah.
Ayat lain yang menunjukkan wajibnya jilbab,
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ …
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, …”
(QS. An Nur: 31).
~Ingatlah Wahai Saudariku, Allah Maha Pengampun
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
“Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Ahzab: 59). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Allah Maha
Pengampun dan Penyayang terhadap apa yang telah lalu di masa-masa jahiliyah, di
mana ketika itu mereka (para wanita) tidak memiliki ilmu akan hal ini."
[Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.]
Artinya : bagi wanita yang belum mengenakan jilbab, Allah
masih membuka pintu taubat selama nyawa masih dikandung badan, selama malaikat
maut belum datang di hadapannya.
Ya Allah, bukakanlah hati keluarga dan kerabat kami yang
belum berjilbab untuk segera berjilbab dengan sempurna.